Setelah membentuk algoritma, maka
proses pengkodean dapat dimulai. Menggunakan algoritma sebagai pedoman, maka
kode program dapat ditulis sesuai bahasa pemrograman yang dipilih.
Setelah menyelesaikan seluruh
kode program, langkah selanjutnya yaitu menguji program tersebut apakah telah
berfungsi sesuai tujuannya untuk memberikan suatu solusi untuk menyelesaikan
suatu masalah. Bilamana terjadi kesalahan – kesalahan logika atas program, disebut
juga sebagai bugs, maka kita perlu untuk mengkaji ulang rumusan /
algoritma yang telah dibuat, kemudian memperbaiki implementasi kode program
yang mungkin keliru. Proses ini disebut dengan debugging.
Terdapat dua tipe kesalahan (errors)
yang akan dihadapi seorang programmer. Yang pertama adalah compile-time
error, dan yang kedua adalah runtime error.
Compile-time
errors muncul
jika terdapat kesalahan penulisan kode program. Compiler akan mendeteksi
kesalahan yang terjadi sehingga kode tersebut tidak akan bisa dikompilasi.
Terlupakannya penulisan semi-colon (;) pada akhir sebuah pernyataan
program atau kesalahan ejaan pada beberapa perintah dapat disebut juga sebagai compile
– time error.
Compiler tidaklah sempurna sehingga tidak dapat
mengidentifikasi seluruh kemungkinan kesalahan pada waktu kompilasi. Umumnya
kesalahan yang terjadi adalah kesalahan logika seperti perulangan tak berakhir.
Tipe kesalahan ini disebut dengan runtime error. Sebagai contoh,
penulisan kode pada program terlihat tanpa kesalahan, namun pada saat anda
menelusuri struktur logika kode tersebut, bagian yang sama pada kode
tereksekusi berulang – ulang tanpa akhir. Pada kasus tersebut compiler tidak
cukup cerdas untuk menangkap kesalahan tipe ini pada saat proses kompilasi.
Sehingga saat program dijalankan, aplikasi atau bahkan keseluruhan komputer
mengalami hang karena mengalami proses perulangan yang tidak berakhir.
Contoh lain dari run-time errors adalah perhitungan atas nilai yang
salah, kesalahan penetapan kondisi dan lain sebagainya.
Untuk memudahkan dalam memeriksa suatu
kesalahan suatu program ataupun memahami jalannya program, kita juga perlu
membuat suatu dokumentasi dari program yang dibuat. Dokumentasi tersebut berisi
informasi mulai dari tujuan dan fungsi program, algoritma, serta cara
penggunaannya.
1.5
SISTEM NUMERIK DAN KONVERSI
Bilangan dapat disajikan dalam
beberapa cara. Cara penyajiannya tergantung pada Basis (BASE) bilangan
tersebut. Terdapat 4 cara utama dalam penyajian bilangan
1.5.1 Sistem Bilangan Desimal
Manusia umumnya menggunakan bilangan
pada bentuk desimal. Bilangan desimal adalah sistem bilangan yang berbasis 10.
Hal ini berarti bilangan – bilangan pada sistem ini terdiri dari 0 sampai
dengan 9. Berikut ini beberapa contoh bilangan dalam bentuk desimal :
12610 (umumnya
hanya ditulis 126)
1110 (umumnya hanya ditulis 11)
1.5.2
Sistem Bilangan Biner
Bilangan dalam bentuk biner adalah
bilangan berbasis 2. Ini menyatakan bahwa bilangan yang terdapat dalam sistem
ini hanya 0 dan 1. Berikut ini contoh penulisan dari bilangan biner :
11111102
10112
1.5.3
Sistem Bilangan Oktal
Bilangan dalam bentuk oktal adalah
sistem bilangan yang berbasis 8. Hal ini berarti bilangan – bilangan yang
diperbolehkan hanya berkisar antara 0 – 7. Berikut ini contoh penulisan dari
bilangan oktal :
1768
138
1.5.4
Sistem Bilangan Heksadesimal
Bilangan dalam sistem heksadesimal
adalah sistem bilangan berbasis 16. Sistem ini hanya memperbolehkan penggunaan
bilangan dalam skala 0 – 9, dan menggunaan huruf A – F, atau a – f karena
perbedaan kapital huruf tidak memiliki efek apapun. Berikut ini contoh penulisan
bilangan pada sistem heksadesimal :
7E16
B16
Tabel 1.3. Bilangan heksadesimal dan perbandingannya terhadap desimal
Berikut adalah perbandingan
keseluruhan sistem penulisan bilangan:
Tabel 1.4. Contoh Konversi Antar Sistem Bilangan
1.5.5
Konversi
1.5.5.1
Desimal ke Biner / Biner ke Desimal
Untuk mengubah angka desimal menjadi
angka biner digunakan metode pembagian dengan angka 2 sambil memperhatikan
sisanya. Ambil hasil bagi dari proses pembagian sebelumnya, dan bagi kembali
bilangan tersebut dengan angka 2. Ulangi langkah – langkah tersebut hingga
hasil bagi akhir bernilai 0 atau 1. Kemudian susun nilai – nilai sisa dimulai
dari nilai sisa terakhir sehingga diperoleh bentuk biner dari angka bilangan
tersebut.
Sebagai
Contoh : 12610
= ? 2
Dengan
menuliskan nilai sisa mulai dari bawah ke atas, didapatkan angka biner 11111102.
Konversi
bilangan biner ke desimal didapatkan dengan menjumlahkan perkalian semua bit
biner dengan perpangkatan 2 sesuai dengan posisi bit tersebut.
Sebagai
Contoh : 110011012 = ?
10
Angka desimal 205 diperoleh dari
penjumlahan angka yang di arsir. Setiap biner yang bernilai 1 akan mengalami
perhitungan, sedangkan yang bernilai 0 tidak akan dihitung karena hanya akan
menghasilkan nilai 0.
1.5.5.2
Desimal ke Oktal/Heksadesimal dan Oktal/Heksadesimal ke Desimal
Pengubahan bilangan desimal ke
bilangan oktal atau bilangan heksadesimal pada dasarnya sama dengan konversi
bilangan desimal ke biner. Perbedaannya terletak pada bilangan pembagi. Jika
pada konversi biner pembaginya adalah angka 2, maka pada konversi oktal
pembaginya adalah angka 8, sedangkan pada konversi heksadesimal pembaginya
adalah 16.
Contoh
konversi Oktal : 12610
= ? 8
Dengan
menuliskan nilai sisa dari bawah ke atas, kita peroleh bilangan oktal 1768
Contoh
konversi Heksadesimal :
12610 = ?
16
Dengan
menuliskan nilai sisa dari bawah ke atas, kita peroleh bilangan Heksadesimal7E16
Konversi
bilangan Oktal dan Heksadesimal sama dengan konversi bilangan Biner ke Desimal.
Perbedaanya hanya terdapat pada penggunaan angka basis. Jika sistem Biner
menggunakan basis 2, maka pada bilangan Oktal, basis yang digunakan adalah 8
dan pada bilangan Heksadesimal adalah angka 16.
Contoh konversi Oktal : 1768 = ?
10
Contoh konversi Heksadesimal :
7E16 = ?
10
1.5.5.3
Biner ke Oktal dan Oktal ke Biner
Untuk mengubah bilangan biner ke
oktal, kita pilah bilangan tersebut menjadi 3 bit bilangan biner dari kanan ke
kiri. Tabel 1.5 menunjukkan representasi bilangan biner terhadap bilangan oktal
:
Tabel 1.5. Bilangan octal dan perbandingannya dalam
sistem biner
Sebagai
contoh : 11111102 = ? 8
Mengubah
sistem bilangan oktal menjadi bilangan biner dilakukan dengan cara kebalikan
dari konversi biner ke oktal. Dalam hal ini masing – masing digit bilangan
oktal diubah langsung menjadi bilangan biner dalam kelompok tiga bit, kemudian
merangkai kelompok bit tersebut sesuai urutan semula.
Sebagai
contoh :
1768 = ? 2
1.5.5.4
Biner ke Heksadesimal dan Heksadesimal ke Biner
Pengubahan bilangan Biner ke
Heksadesimal dilakukan dengan pengelompokan setiap empat bit Biner dimulai dari
bit paling kanan. Kemudian konversikan setiap kelompok menjadi satu digit
Heksadesimal. Tabel 1.6 menunjukkan representasi bilangan Biner terhadap digit
Heksadesimal :
Tabel 1.6. Bilangan heksadesimal dan
konversinya dalam biner
Sebagai contoh : 11111102 = ? 16
Konversi
bilangan Heksadesimal ke Biner dilakukan dengan membalik urutan dari proses
pengubahan Biner ke Heksadesimal. Satu
digit Heksadesimal dikonversi menjadi 4 bit Biner.
Sebagai
contoh :
1.6.1
Algoritma
Algoritma adalah serangkaian
langkah-langkah yang tepat, terperinci, dan terbatas untuk menyelesaikan suatu
masalah. Langkah yang tepat artinya serangkaian langkah tersebut selalu benar
untuk menyelesaikan masalah yang diberikan. Langkah yang tidak memberikan hasil
yang benar untuk domain masalah yang diberikan bukanlah sebuah algoritma.
Langkah yang terperinci artinya setiap
langkah diberikan secara detail dan dapat dieksekusi oleh komputer, instruksi
seperti “angkat sedikit ke kiri” merupakan contoh instruksi yang tidak tepat,
karena “sedikit” tidak menyatakan sesuatu yang tepat. Langkah yang diberikan
harus terbatas, artinya suatu saat langkah harus berhenti, jika langkah tidak
pernah berhenti (misalnya: “ambil air, masukkan ke bak mandi, ulangi ambil air,
dan seterusnya”) maka serangkaian langkah itu tidak disebut sebagai algoritma
(jika: “ambil air, masukkan ke bak mandi, ulangi ambil air sampai bak mandi
penuh”, maka bisa disebut algoritma, namun langkah ambil air, masukkan ke bak
mandi, harus diperinci).
1.6.2
Konstruktor (elemen) Pemrograman Prosedural
Konstruktor (elemen) bahasa
pemrograman prosedural yang penting di antaranya adalah:
1. Program utama
2. Tipe
3. Konstanta
4. Variabel
5. Ekspresi, operator, dan operand
6. Struktur Data
7. Instruksi dasar
8. Program Moduler
9. File eksternal
10. Rekurens
Konstruktor
ini tidak untuk dipelajari secara berurutan, namun semua perlu dipelajari dan
dimengerti untuk dapat membuat program dengan baik.
1.6.3
Input, Proses, dan Output
Sekumpulan aksi dalam pemrograman prosedural bisa dibagi
menjadi tiga bagian penting yaitu: input, proses, dan output. Bagian input,
proses, dan output dikerjakan secara sekuensial, dan dalam setiap bagian
mungkin akan ada input, proses, dan output.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar